Untuk setiap moment yang tercipta saat kita bersama aku ucapkan terima kasih banyak. Karena sudah membuatku sadar bahwa memilikimu hanyalah ilusi berkepanjangan bagiku. Berharap akan menikah dan tua bersamamu. Hidup seatap dalam setiap dekap tubuhmu. Aku terlalu tinggi berekspektasi. Harusnya saat pertama bertemu aku tak langsung jatuh hati padamu. Agar aku tidak merasakan lelahnya menunggu waktu dan dipermainkan oleh pikiranku sendiri.
Seperti berdua tapi sendiri. Seperti kenal dekat tapi terasa asing. Seperti ingin bersama tapi tanpamu tak ada bedanya. Membingungkan namun aku senang memikirkannya. Hidup seperti selalu bercanda kepadaku. Langit seperti berubah menjadi bumi yang bulat pepat namun terlihat datar dan tak pernah menemukan dimana sisinya. Selalu terlihat baik-baik saja padahal kenyataannya sedang hancur berantakan dan tak karuan. Takdir seperti dipermainkan, kesedihan seperti di buai oleh kebahagiaan. Semuanya sudah usang. Aku sudah tidak percaya pada siapa-siapa. Diriku yang aku pikir mampu menjalani semua ini saja nyatanya kewalahan dan malah tumbang.
Tak ada yang bisa di harapkan. Lukaku juga sudah terlanjur menganga, sudah sulit untuk diobati. Kecuali kamu hancurkan menjadi abu dan kamu buang ke tengah laut. Biarlah aku hidup dalam kenanganmu bukan hidup pada masa depanmu.
Dari aku yang sangat mencintai, namun memilih untuk menyelesaikan semuanya sendiri. Karena kamu sudah bukan menjadi milikku. Kelak jika nanti kamu membaca ini, aku titip salam rindu untukmu yang jauh. Aku ingin bertemu dan bertatap langsung denganmu.
0 Komentar